Studi: Kafein Bisa Pengaruhi Jumlah Lemak Tubuh dan Risiko Diabetes
loading...
A
A
A
JAKARTA - Sebuah studi mengungkapkan bahwa tingkat kafein dalam darah dapat memengaruhi jumlah lemak pada tubuh manusia. Biasanya lemak tubuh ini menjadi faktor yang dapat menentukan risiko terkena diabetes tipe 2 dan penyakit kardiovaskular.
Hasil temuan ini diperoleh dari penelitian menggunakan penanda genetik untuk mengetahui hubungan yang lebih pasti antara kadar kafein, body mass index (BMI), dan risiko diabetes tipe 2.
Tim peneliti dari Institut Karolinska di Swedia, Universitas Bristol di Inggris, dan Imperial College London Inggris mengatakan bahwa minuman berkafein bebas kalori bisa dieksplorasi sebagai sarana potensial untuk membantu mengurangi kadar lemak tubuh.
“Konsentrasi kafein plasma yang diprediksi secara genetik lebih tinggi dikaitkan dengan BMI yang lebih rendah dan massa lemak seluruh tubuh,” tulis para peneliti dalam makalah, seperti dikutip dari Science Alert, Minggu (19/3/2023).
Selain berpengaruh pada BMI, kafein plasma lebih tinggi juga dikaitkan dengan risiko diabetes tipe 2 yang lebih rendah. Sekitar setengah dari efek kafein pada diabetes tipe 2 diperkirakan dimediasi melalui pengurangan BMI.
Studi ini melibatkan data sekitar 10.000 orang yang dikumpulkan dari database genetik. Penelitian berfokus pada variasi di dalam atau di dekat gen spesifik yang terkait dengan kecepatan pemecahan kafein.
Secara umum, mereka yang memiliki variasi mempengaruhi gen, cenderung memecah kafein lebih lambat sehingga memungkinkannya bertahan lebih lama di dalam darah. Meski begitu, secara umum konsumsi kafein mereka juga cenderung lebih sedikit.
Pendekatan yang disebut pengacakan mendel digunakan untuk menentukan apakah ada kemungkinan hubungan kausal antara variasi, penyakit seperti diabetes, massa tubuh, dan faktor gaya hidup.
Meski kafein bisa menurunkan risiko kesehatan, namun penelitian mengungkapkan tidak ada hubungan yang muncul antara jumlah kafein dalam darah dan penyakit kardiovaskular, termasuk fibrilasi atrium, gagal jantung, dan stroke.
Penting juga untuk diingat bahwa efek kafein pada tubuh tidak semuanya positif. Harus tetap mengonsumsinya dalam taraf normal agar mendapatkan manfaat bagi tubuh.
Setidaknya, studi ini telah membuka pengetahuan baru, bahwa kafein bisa menurunkan lemak tubuh dan risiko kesehatan yang mengancam. Penelitian lebih lanjut masih akan terus dilakukan.
“Uji coba kecil dan jangka pendek telah menunjukkan bahwa asupan kafein menghasilkan penurunan berat badan dan massa lemak, tetapi efek jangka panjang dari asupan kafein tidak diketahui,” tulis para peneliti.
Hasil temuan ini diperoleh dari penelitian menggunakan penanda genetik untuk mengetahui hubungan yang lebih pasti antara kadar kafein, body mass index (BMI), dan risiko diabetes tipe 2.
Tim peneliti dari Institut Karolinska di Swedia, Universitas Bristol di Inggris, dan Imperial College London Inggris mengatakan bahwa minuman berkafein bebas kalori bisa dieksplorasi sebagai sarana potensial untuk membantu mengurangi kadar lemak tubuh.
“Konsentrasi kafein plasma yang diprediksi secara genetik lebih tinggi dikaitkan dengan BMI yang lebih rendah dan massa lemak seluruh tubuh,” tulis para peneliti dalam makalah, seperti dikutip dari Science Alert, Minggu (19/3/2023).
Selain berpengaruh pada BMI, kafein plasma lebih tinggi juga dikaitkan dengan risiko diabetes tipe 2 yang lebih rendah. Sekitar setengah dari efek kafein pada diabetes tipe 2 diperkirakan dimediasi melalui pengurangan BMI.
Studi ini melibatkan data sekitar 10.000 orang yang dikumpulkan dari database genetik. Penelitian berfokus pada variasi di dalam atau di dekat gen spesifik yang terkait dengan kecepatan pemecahan kafein.
Secara umum, mereka yang memiliki variasi mempengaruhi gen, cenderung memecah kafein lebih lambat sehingga memungkinkannya bertahan lebih lama di dalam darah. Meski begitu, secara umum konsumsi kafein mereka juga cenderung lebih sedikit.
Pendekatan yang disebut pengacakan mendel digunakan untuk menentukan apakah ada kemungkinan hubungan kausal antara variasi, penyakit seperti diabetes, massa tubuh, dan faktor gaya hidup.
Meski kafein bisa menurunkan risiko kesehatan, namun penelitian mengungkapkan tidak ada hubungan yang muncul antara jumlah kafein dalam darah dan penyakit kardiovaskular, termasuk fibrilasi atrium, gagal jantung, dan stroke.
Penting juga untuk diingat bahwa efek kafein pada tubuh tidak semuanya positif. Harus tetap mengonsumsinya dalam taraf normal agar mendapatkan manfaat bagi tubuh.
Setidaknya, studi ini telah membuka pengetahuan baru, bahwa kafein bisa menurunkan lemak tubuh dan risiko kesehatan yang mengancam. Penelitian lebih lanjut masih akan terus dilakukan.
“Uji coba kecil dan jangka pendek telah menunjukkan bahwa asupan kafein menghasilkan penurunan berat badan dan massa lemak, tetapi efek jangka panjang dari asupan kafein tidak diketahui,” tulis para peneliti.
(tsa)